Hidup dengan mengesampingkan paradigma spiritualitas ketuhanan adalah hidup dengan tidak menghidupkan kehidupan dalam dirinya sendiri. Hidup seperti ini tidak memiliki makna bagi masa depannya. Mereka telah kehilangan sentuhan makna spiritual dalam hidupnya. Dalam kehidupan ini, kita memiliki modal intelektual, modal emosional termasuk sosial, fisik, dan modal spiritual.
Kalau kita hidup hanya selalu meningkatkan modal intelektual dan modal emosional saja maka rasionalitas dan logikalah yang kita ke depankan dalam hidup, akhirnya kita tidak benar-benar hidup dalam kehidupan kita. Memang, kita bisa saja berhasil memiliki kedudukan yang tinggi, mampu me-manage bawahan dengan baik tetapi suatu ketika hati akan merasakan kehampaan karena kebutuhan ruhani tidak tercukupi dengan baik. Oleh karena itu modal utama yang harus kita hidupkan adalah modal spiritual (SQ) agar kehidupan kita menjadi seimbang. Beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual kita adalah sebagai berikut:
- Menyadari Posisi Diri, Biasakanlah untuk berdialog dengan diri sendiri: apa yang seharusnya saya lakukan atau perjuangkan dalam kehidupan ini? Untuk apa dan mengapa kita hidup di dunia ini? Siapa Tuhan kita dan apa tujuan tertinggi kehidupan kita di dunia ini? Dengan menyadari bahwa kita adalah hamba Tuhan maka seharusnyalah kita mengarahkan hati kita berniat bahwa bekerja adalah ibadah, berbisnis adalah ibadah, belajar adalah ibadah, dan semua yang kita lakukan hanya untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Artinya bentuk pengabdian kita kepada Tuhan diwujudkan dalam menjauhi apa yang dilarang oleh Tuhan melalui kitab suci-Nya, mempergunakan sebaik-baiknya apa yang telah kita terima untuk memenuhi tugas dan tanggungjawab kita, bersyukur atas karunia-Nya, dan melakukan apa saja yang sebaiknya dilakukan seorang manusia baik di lingkungan kerja, lingkungan masyarakat, keluarga, maupun hubungan antar manusia. Kesadaran inilah yang akan membawa pada peningkatan kehidupan spiritual kita.
- Manusia Mempunyai Potensi yang Luar Biasa Manusia diciptakan Tuhan untuk dijadikan pemimpin di muka bumi ini. Tidaklah mungkin Tuhan memberikan tugas kepada manusia tanpa bekal apapun, lihatlah kita sebagai manusia diberikan 3 potensi yang seharusnya kita kembangkan yaitu akal, hati, dan fisik. Dengan potensi akal manusia mampu mencari ilmu pengetahuan, penemuan-penemuan dan menciptakan segala sesuatunya. Akallah yang bisa kita gunakan untuk menciptakan ilmu yang bermanfaat dan menciptakan segala sesuatu yang mempunyai kemaslahatan bagi manusia lainnya, dan begitu pula sebaliknya. Dengan potensi hati, manusia dapat melihat mana yang haq dan mana yang bathil, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang bersih dan mana yang kotor, maka jika hati manusia bersih tentunya manusia akan memilih yang haq, benar, dan bersih. Begitu juga dengan potensi fisik, manusia bisa menggunakannya untuk berbuat amal kebaikan dan melakukan apa saja yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agama, nusa dan bangsa. Apalagi banyak penelitian membuktikan bahwa di dalam tubuh manusia yang terbentuk dari sel-sel, terdapat DNA yang mampu menyimpan informasi luar biasa banyaknya, tersimpan pula talenta yang menjadi karunia dalam diri manusia maka tugas manusialah untuk mengenali talenta itu, mengasahnya dengan akal, hati dan fisik sehingga menjadi sebuah sarana untuk mencapai tujuan hidup selanjutnya di dunia dan akhirat.
- Menghargai Kehidupan ". Nilai seseorang bukanlah bagaimana ia mati melainkan bagaimana ia hidup, bukan apa yang telah ia peroleh melainkan apa yang telah ia berikan, bukan pangkatnya melainkan tugas apa yang telah dapat ia laksanakan dengan sebaik-baiknya." Ungkapan ini begitu jelas bahwa manusia tidak akan berarti apa-apa di mata orang lain dan Tuhan, walaupun jabatannya sebagai presiden atau pengusaha yang kaya raya tanpa diwarnai dengan kehidupan yang bermanfaat bagi orang lain. Benar apa yang dikatakan oleh Albert Einsten, "Hidup yang berharga adalah hidup yang dapat memberikan kehidupannya kepada orang lain." Mereka yang menghargai kehidupannya lebih dekat dengan kemudahan dan keberuntungan, sehingga membuat hidupnya menjadi lebih hidup. Begitu sebaliknya mereka yang tidak menghargai hidupnya, selalu memikirkan dirinya sendiri justru akan lebih dekat dengan kesulitan dalam kehidupannya, sehingga hidupnya menjadi hampa. Inilah yang sering disebut sebagai "Law of Attraction" dimana energi yang kita berikan akan kembali kepada kita energi serupa sejumlah energi yang sama, bahkan akan mendapatkan energi yang lebih besar lagi. Bagaimana implementasinya dalam kehidupan ini? Apa yang harus dilakukan dalam menghargai hidup, sehingga membuat hidup menjadi lebih bermakna dan law of attraction semakin dapat kita rasakan?
- Mulailah untuk fokus memikirkan orang lain. Cobalah untuk memikirkan orang lain, bagaimana membantu fakir miskin, memikirkan orang yang tak berdaya, dan banyaklah bersedekah karena hal ini akan membawa dampak yang positif pula dalam diri kita. - Meningkatkan empati kepada orang lain. Apa yang diperlihatkan pengemis dan tukang semir sepatu di atas, telah menggambarkan bagaimana mereka berempati ikut merasakan penderitaan para korban gempa di Tiongkok. Mereka tidak sekedar bersimpati atas peristiwa itu, tetapi lebih memahami secara emosional terhadap apa yang dirasakan para korban gempa, melihat apa yang dibutuhkan mereka, dan berusaha memberikan suatu solusi. Inilah sikap yang harus kita lakukan untuk menghargai hidup ini, bahwa kita perlu memiliki kerendahan hati, kesediaan hati untuk berbagi kebaikan, dan kegembiraan kepada orang lain serta memberikan dorongan disaat orang lain mengalami kesulitan.
- Berbagi energi positif. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk melepaskan energi positif ini, diantaranya berbagi motivasi, bertukar ide dan gagasan, membantu mencari solusi bagi orang lain, dan masih banyak lagi upaya berbagi dengan orang lain. Ingat law of attraction yang mengatakan semakin banyak energi positif yang keluar maka semakin banyak pula yang akan kembali Anda terima. Juga ada hukum kekekalan energi dimana kebaikan yang dilakukan tidak akan hilang di alam semesta ini, tetapi akan berubah bentuk yang lain, seperti dalam bentuk kebahagiaan hati, kepuasaan jiwa, ketenangan hidup, keberhasilan, kemudahan rezeki, dan masih banyak lagi.
- Berserah Diri kepada Tuhan. Hidup ini berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Menghargai hidup yang telah diberikan Tuhan kepada manusia merupakan bentuk berserah diri, meskipun demikian tidak berarti manusia menerima apa adanya dan menyerah terhadap keadaan, karena berserah diri juga berarti memikul tanggungjawab yang dipercayakan kepada manusia. Tanggungjawab sebagai pemimpin baik diri sendiri, keluarga, masyarakat, agama, dan Negara juga tidak henti-hentinya menjadikan Tuhan sebagai asal dan jalan hidup termasuk ketika kita bekerja untuk melaksanakan perintah Tuhan, beribadah untuk meraih ridha-Nya, hidup yang kita semua jalani sesuai dengan perintah-Nya, dan apapun kita kembalikan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
0 Responses So Far: