Adalah baik merayakan kesuksesan, tetapi yang lebih penting adalah memperhatikan pelajaran-pelajaran dari setiap kegagalan (Bill Gates)
Tiga raksasa otomotif Amerika Serikat - General Motos Corp (GM), Chrysler LLC, dan Ford Motor Co - yang dikenal dengan ”The Big Three” meminta dana talangan kepada kongres Amerika sebesar 34 Milliar Dollar AS guna menyelamatkan industri otomotif yang membawa citra Amerika Serikat dari kebangkrutan sekaligus juga menghindari gelombang pemutusan hubungan kerja. Tetapi sampai sekarang dana talangan tersebut belum disetujui oleh senar Amerika Serikat.
Itulah sepenggalan berita yang dimuat berbagai media internasional dan lokal beberapa minggu belakangan ini. Saya terkejut ketika pertama kali membaca berita itu. Bagaimana mungkin tiga perusahaan-perusahaan otomotif terbesar, berumur ratusan tahun, hadir di lebih dari 30 negara, memiliki sekitar 160 pabrik di seluruh dunia dan produk-produknya merajai jalan-jalan hampir di seluruh dunia, bisa nyaris bangkrut. Bukankah dulunya mereka perusahaan-perusahaan sangat sukses? Mengapa sekarang mereka bisa nyaris bangkrut?
Memikirkan nasib ”The Big Three”, saya langsung teringat sebuah kalimat seorang rekan, CEO dari sebuah perusahaan besar di Australia. Dia berkata, ”Berny, nothing fails like success (tidak ada kegagalan seperti kesuksesan).” Kalimat yang luar biasa, bukan?
Sesungguhnya, Anda, saya, dan semua organisasi, menjadi lebih rentan ketika telah mencapai kesuksesan. Karena seringkali kesuksesan membawa perusahaan pada sebuah tempat dimana tidak lagi efisien, sombong, dan arogan. Ketika orang dan bisnis mencapai kesuksesan, seringkali mereka menjadi lebih mencintai diri mereka sendiri. Mereka tidak lagi menghargai pelanggan seperti sebelum mereka sukses. Mereka berhenti berinovasi, tidak lagi bekerja keras, dan takut mengambil resiko. Mereka begitu sibuk dengan diri sendiri untuk mempertahankan kesuksesan yang telah mereka raih, dan tidak lagi fokus untuk memperbaiki diri. Mereka begitu terbuai dengan kesuksesan. Itulah yang dialami oleh ”The Big Three.”
Lihat saja bagaimana para CEO ”The Big Three” ditengah krisis keuangan perusahaan masih bisa terbang dengan jet pribadi dari Detroit ke Washington untuk ”mengemis” dana talangan ke kongres Amerika. Menurut data, pada tahun 2007, biaya seorang pekerja di pabrik GM di Amerika adalah US$ 73 per jam, sedangkan Toyota hanya mengeluarkan biaya US$ 48 per orang setiap jam. Tahun lalu Toyota dapat membuat sebuah mobil atau truk dengan biaya operator US$ 4.000 lebih sedikit dari GM. Toyota memiliki tingkat produktivitas yang lebih baik dari pada GM. Kesuksesan membuat perusahaan terlena.
Sekitar sebulan lalu, saya pergi ke sebuah restauran sea food di daerah kelapa gading. Saya kaget, karena restauran tersebut sepi. Padahal, kira-kira setahun lalu restauran itu sangat ramai dikunjungi orang. Antrian panjang sekali. Tetapi, karena pada saat itu mereka merasa telah sukses, mereka tidak lagi memperhatikan pelanggan mereka. Pelayanan semakin lambat dan kualitas makanannyapun menurun.
Menarik pelajaran dari ”The Big Three” dan restauran sea food itu, maka seharusnya, semakin Anda sukses, Anda harus semakin rendah hati, semakin berkomitmen untuk terus lebih efisien, konsisten melakukan perbaikan-perbaikan, terus meningkatkan pelayanan, lebih bekerja keras, semakin mencintai pelanggan, dan terus menerus memberikan nilai tambah. Albert Einstein pernah berucap, ”Cobalah untuk tidak menjadi orang sukses, tetapi menjadi orang yang memberikan nilai tambah dalam hidup ini.”
Syukuri kesuksesan Anda, tetapi jangan terbuai olehnya. Karena, jika Anda berhenti melakukan hal-hal yang telah membawa Anda pada puncak gunung kesuksesan, maka pada saat itu juga Anda sedang tergelincir dalam lembah kegagalan. Jadi, tetaplah waspada pada saat Anda di puncak kesuksesan, karena seringkali kegagalan dimulai dari kesuksesan Anda.
0 Responses So Far: